-->
  • Jelajahi

    Copyright © Mata Kita Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Pasang iklan


     

    Iklan

    Tiga Bulan Tanpa Kepastian: Buruh PT Namasindo Plas Dirumahkan, Upah Tertunggak, dan Tenda Perjuangan yang Tak Padam

    R Taufiq Nugraha
    Jumat, 31 Oktober 2025, 15:11 WIB Last Updated 2025-10-31T08:12:25Z
    PASANG IKLAN PROFILMU DISINI
    PASANG IKLAN PROFILMU DISINI
    Pekerja PT Namasindo Plas bertahan di tenda aksi sambil berharap adanya perhatian dari pemerintah dan pemilik perusahaan atas kesulitan yang mereka hadapi, Fhoto : Adhel.

    Aksi buruh PT Namasindo Plas mendirikan tenda di depan pabrik menjadi tanda puncak kekecewaan akibat tiga bulan tanpa kepastian upah dan pekerjaan. Ratusan pekerja menuntut realisasi pembayaran gaji, kejelasan BPJS, serta perhatian pemerintah.


    Bandung Barat - matakita.fun - Ketidakpastian panjang yang dialami para pekerja PT Namasindo Plas akhirnya memuncak pada pendirian tenda perjuangan di depan gerbang perusahaan. Aksi ini menjadi simbol keresahan ratusan buruh yang sudah hampir tiga bulan menunggu kejelasan upah, BPJS, serta kepastian kapan mereka dapat kembali bekerja. Jumat, 30 Oktober 2025.

    Yandi, Ketua PUK FSPMI Kabupaten Bandung Barat (KBB), menjelaskan bahwa pihaknya sebenarnya sudah menempuh berbagai jalur komunikasi sejak beberapa bulan terakhir. 
    Lobi, negosiasi, dan pertemuan informal telah dilakukan, namun hasilnya jauh dari harapan. 

    “Selama beberapa bulan kami sudah mengedepankan jalur dialog. Tapi tidak ada realisasi, tidak ada kepastian,” tegasnya Yandi.

    Ketua PUK FSPMI KBB, Yandi, memberikan keterangan di lokasi aksi terkait mandeknya komunikasi antara serikat dan pihak perusahaan, Fhoto : Adhel.

    Menurut Yandi, kondisi ketidakjelasan ini telah berlangsung sekitar tiga bulan. Para pekerja tidak hanya kesulitan memenuhi kebutuhan hidup karena upah yang belum dibayarkan, tetapi juga dibuat bingung mengenai kelanjutan hubungan kerja mereka. 

    Bahkan, pembayaran BPJS pun mandek, membuat para buruh khawatir kehilangan perlindungan kesehatan.

    Sebelum mendirikan tenda aksi, serikat pekerja telah memberikan pemberitahuan resmi kepada perusahaan dua minggu sebelumnya. 

    Saat itu, perusahaan berjanji akan membayarkan sebagian upah. Namun, janji tersebut hanya terealisasi sebagian,  sekitar Rp1,5 juta — dan sisanya masih menggantung tanpa kepastian. Rencana pelunasan pada akhir Oktober pun tak kunjung terjadi.

    “Sekitar 270 pekerja FSPMI belum menerima upah. Total karyawan ada 500–600 orang. Tunggakan berbeda-beda, dari satu bulan sampai dua setengah bulan,” jelas Yandi. 

    Para operator biasanya menerima upah Rp4 juta–Rp4,5 juta per bulan, sedangkan golongan lain di kisaran Rp4,5 juta–Rp5 juta.

    Kondisi perusahaan dalam satu tahun terakhir disebut mengalami penurunan produksi. 

    Beberapa departemen masih berjalan, tetapi ada juga yang berhenti total, terutama produksi botol ukuran besar. Persaingan pasar dan situasi global turut menjadi faktor penyebab.

    Meski demikian, pekerja berharap perusahaan tetap menjalankan kewajibannya. 

    “Kami punya keluarga, anak, kebutuhan sehari-hari. Upah itu penting sekali,” tambah Yandi. 

    Selama 10 hari ke depan, tenda perjuangan akan dijaga 24 jam sebagai bentuk konsolidasi sekaligus antisipasi terhadap kemungkinan tindakan sepihak perusahaan.

    Rani dan Ita, dua pekerja perempuan yang telah puluhan tahun mengabdi di PT Namasindo Plas, turut menyampaikan suara hati mereka. 

    “Aspirasi kami selalu diabaikan. Sudah lebih dari satu bulan upah tak dibayarkan. Untuk pekerja tetap, bahkan hampir tiga bulan sejak Agustus,” ungkap Rani. Jika dihitung, tunggakan mereka mencapai sekitar Rp6 juta.

    Sejumlah pekerja perempuan PT Namasindo Plas menyampaikan keluhan mereka terkait upah yang belum diterima serta kondisi keluarga yang terdampak, Fhoto : Adhel.

    Dalam kondisi serba sulit, mereka terpaksa bertahan dengan berjualan kecil-kecilan. 

    Suami Rani yang bekerja di departemen lain pun mengalami hal serupa: belum menerima gaji. “Kami sudah sangat sabar, tapi bagaimana kami bisa hidup tanpa kepastian?” tambah Ita.

    Mereka berharap pemerintah, khususnya Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Bupati KBB Jeje Ritchi, dapat turun tangan menyelesaikan persoalan ini.

    Tenda perjuangan kini berdiri bukan hanya sebagai tempat menunggu, tetapi sebagai tanda bahwa para buruh PT Namasindo Plas tidak akan menyerah memperjuangkan hak dasar mereka: kepastian kerja dan pembayaran upah.***














    Sumber      : Liputan
    Pewarta     : Adhel
    Editor         : Taufiq Nugraha / Adhel
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    +