Tampak depan Sekolah SMK Widya Karya (WIKA) dan SMP Karya Prestasi Mandiri (KPM) Padalarang, tempat lima siswa sempat mengalami gejala mual usai menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG), Fhoto : Adul.
Padalarang, KBB – matakita.fun – Ketua Yayasan SMK Widya Karya (WIKA) dan SMP Karya Prestasi Mandiri (KPM) Kecamatan Padalarang, Rastono, menegaskan bahwa kabar mengenai keracunan massal akibat menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolahnya tidak benar.
Sebelumnya sempat beredar informasi bahwa lima siswa dari SMK WIKA dan SMP KPM mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG yang digagas Presiden RI Prabowo Subianto.
Kejadian itu berlangsung pada Rabu (15/10/2025) pagi, saat kelima siswa dibawa ke Puskesmas Jayamekar untuk mendapatkan penanganan medis. 
Satu siswa dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang lebih dulu, sementara empat lainnya sempat dirawat sebelum akhirnya seluruhnya dinyatakan membaik.
Insiden terjadi setelah 87 siswa penerima manfaat MBG menyantap menu sekitar pukul 09.00 WIB. 
Menu yang disajikan cukup beragam, mulai dari nasi putih, tempe goreng, sayur timun dan seledri, tahu keju, buah semangka, hingga susu kemasan Ultra Milk.
Makanan tersebut disiapkan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang berlokasi di Kampung Kepuh, RT 03/RW 10, Desa Padalarang, dan dikelola oleh Yayasan Lingga Sunda Nusantara.
“Kelima siswa itu memang punya riwayat gangguan pencernaan. Sekitar pukul 10.00 WIB mereka mulai mengeluh mual, lalu langsung kami bawa ke Puskesmas Jayamekar,” ujar Rastono.
Ia menegaskan, dugaan keracunan massal tidak berdasar, sebab dari total 87 siswa yang makan, hanya lima orang yang mengalami keluhan.
“Kalau memang karena makanan, mestinya semua kena. Ini cuma lima orang, dua dari SMK Wika dan tiga dari SMP KPM,” ujarnya Rastono.
Menurut Rastono, salah satu siswa bahkan diketahui memiliki penyakit maag kronis, sedangkan beberapa lainnya memang dalam kondisi kurang fit.
“Ada yang punya maag kronis, jarang makan, bahkan sebelum ada program MBG pun sudah sering pingsan. Mungkin juga faktor kombinasi makanan, seperti susu dan semangka yang katanya tidak cocok untuk pencernaan,” jelasnya Rastono.
Sementara itu, Plt Kepala Puskesmas Jayamekar, I’i, membenarkan bahwa terdapat lima siswa yang sempat dibawa untuk mendapatkan perawatan medis.
“Sekitar jam 12 siang kami menerima dua pasien. Setelah tim kami ke sekolah, ditemukan lagi tiga siswa, jadi totalnya lima orang,” katanya l'i.
Ia menyebut keluhan utama siswa adalah mual dan pusing, dengan beberapa di antaranya memiliki riwayat penyakit bawaan.
“Gejalanya ringan. Tiga siswa punya riwayat penyakit, dua lainnya tidak,” ungkapnya l'i.
Namun I’i menegaskan bahwa belum ada kesimpulan pasti terkait penyebab keluhan tersebut. 
Dugaan keracunan MBG masih perlu dibuktikan lewat hasil uji laboratorium Dinas Kesehatan Jawa Barat, yang diperkirakan keluar dua minggu setelah kejadian.
“Sementara belum bisa disimpulkan berasal dari makanan MBG. Kami masih menunggu hasil lab,” jelasnya l'i.
Kasus ini menjadi bagian dari rentetan dugaan keracunan yang dikaitkan dengan program MBG di Kabupaten Bandung Barat, setelah sebelumnya terjadi di wilayah Cipongkor, Cihampelas, dan Cisarua.
Meskipun pihak sekolah membantah adanya keracunan massal, publik tetap mendorong pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kualitas bahan pangan dan sistem distribusi program MBG agar peristiwa serupa tidak terulang.
Camat Padalarang, Agus Achmad Setiawan, menyampaikan bahwa pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi sejak awal kejadian.
“Kami bersama Forkopimcam dan Polsek Padalarang sudah meninjau lokasi. Berdasarkan laporan Puskesmas, kelima siswa sudah pulang dan kondisi mereka membaik,” ujarnya Agus Achmad Setiawan Camat Padalarang.
Ia menambahkan, sesuai arahan Bupati Bandung Barat Jeje Richie Ismail, pihak kecamatan juga telah mendirikan posko di aula kantor kecamatan sebagai bentuk kesiapsiagaan bila terjadi hal serupa.
“Kami siapkan posko karena ruang Puskesmas terbatas. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada penambahan korban, masih lima orang saja, semoga tidak bertambah,” pungkasnya Agus Camat.
Menurutnya, saat ini pihak kecamatan masih menunggu hasil uji laboratorium resmi untuk memastikan apakah kasus ini benar terkait menu MBG atau tidak.
“Informasi dari tenaga medis, para siswa memang punya riwayat penyakit. Mudah-mudahan hasilnya nanti aman,” tutupnya Agus Achmad Setiawan.


 
